Subscribe:

Pages

Sabtu, 29 November 2014

An-Nukhbawi

An-Nukhbawi
Mereka yang diperlukan itu adalah seorang nukhbawi (kader) yang siap turun ke gelanggang perjuangan.



Setiap masa memiliki karakternya dan setiap karakter ada pelakunya. Itulah penggalan kalimat yang mengiringi terlahirnya para ‘genre’ dengan kekuatan bashirahnya dalam mengusung kebaikan yang tidak setiap makhluk dipilih menjadi pembela-pembelanya yang setia.
Suatu ketika RasuluLLAH bersabda, “Seandainya ditimbang keimanan Abu Bakar dibanding penduduk suatu kota niscaya masih lebih berat timbangan keimanan Abu Bakar.” Demikianlah kalimat verbal yang disematkan kepada sahabat yang lebih dikenal Ash-Shidiq itu.  SubhanaLLAH… itulah ‘genre’ baru dari buah madrasah nubuwah. Ia lahir menjadi kanal-kanal taqwiyah imaniyah (kekuatan iman) bagi atmosfir dunia yang mulai menjalar ke seantero negeri saat itu.
Alur sejarah dari ayah Ummul Mu’minin, ‘Aisyah itu banyak riwayat yang menyamakannya dengan Sang Uswah Hasanah. Muhammad Saw. Pribadinya yang lembut, tutur katanya yang menyejukkan dan pembawaan yang bijak pada setiap orang serta interval usia hidupnya yang persis sama 63 tahun, pasti mengingatkan dengan kekasih setianya Rasul Saw saat telah ditinggal pergi pasca 83 hariHajjatul Wada’. ALLAH… begitukah orang sholeh itu. Nyaris secara pribadi kelembutan, kesejukkan, kedamaian dan hampir seumbuk (baca: seluruh) hidupnya memang sangat mirip dengan qudwahnya di dunia, Muhammad Saw.
Bukan kota itu yang menjadi target hidup seluruh ‘genre’ pada masa itu. Meskipun ada keutamaan pahala yang seribu kali lipat atau bahkan seratus ribu kali lipat serta keutamaan-keutamaan lainnya di seluruh makanah (baca: tempat) bersejarah bagi eksistensi dakwah itu. Namun substansi kehidupan itulah yang menjadi pemicu generasi utama dimasa keemasan dakwah itu yang menjadi kebanggaan.
Icon Laahiq (perintis dakwah), duta dakwah, saifuLLAH (pedang ALLAH) yang agung serta predikat generasi paling kreatif, produktif, atraktif dan responsif terhadap berbagai panggilan dakwah dan jihad menjadi menyatupadu yang tak tergantikan kecuali ALLAH SWT menaqdirkan lain sebagaimana dalam hadits Muslim tentang akan kembalinya masa unggulan itu di penghujung usia dunia ini, insyaLLAH.
Islam is back mungkin menjadi slogan yang sudah semestinya digelorakan oleh semua ‘syu’bah’ dan ‘qabilah’ di seluruh penjuru kota di dunia ini, saat seorang ‘Frank Ribery’ yang muslim itu menjadi kebanggaan pencinta sepak bola negeri-negeri muslim di samping tokoh ‘Zainuddin Zidane’ yang sempat terzhalimi harga diri dan kemanusiaannya dengan ungkapan dirty and harkist adalah pemicu utama bagi eksistensi sebuah harga diri. Namun yang lebih penting dari semua itu adalah perlunya sebuah kekokohan seorang Nukhbah.
Nukhbah atau bahasa halusnya Nukhbawi adalah sosok penting yang perlu ada dan mewarisi karakter masa untuk membangkitkan kembali gelora shahwah (kebangkitan) Islamiyah yang sangat rindu dan dinantikan. Saat ini memang kita memerlukannya. Ya…., ia diperlukan untuk iltizamu ‘ala diinihi. Berkomitmen kuat terhadap agamanya (QS. 41: 30) meskipun dalam kesendirian maupun di saat hiruk pikuk politik yang kada karuan (tidak teratur) itu. Ia harus menjadi ikan yang tetap tawar meski di dalam lingkungan air yang sangat asin seperti laut. Ia pun harus tetap menjadi Yusuf‘alaihissalam yang lolos dari jerat nafsu syetan laknatuLLAH.
Kedua, ia diperlukan untuk memiliki sikap Rahbatus Shudurihi. Hati yang penuh kelapangan dan menerima beraneka cobaan hidup dalam dakwah dan kehidupan. Fenomena frustasi sangat mudah ditepis dengan jalin kuat ‘hablum minaLLAH’ yang ikhlas. Dengan tetap standar dalam ‘amal yaumiyah (aktifitas ruhiyah).
Ketiga, ia perlu mewujud menjadi al-qudwah ‘alal mujtama’i, ia diperlukan untuk menjadi pribadi teladan bagi masyarakatnya. Di masa-masa kritis keteladanan ini memang sosok Nukhbawimenjadi penting untuk mewujudkan dirinya. Ia akan menjadi mutiara di tengah keruhnya kehidupan laut yang sangat mungkin banyak predator berkeliaran dan siap memangsa. “Maka hendaklah diantara mereka ada orang-orang yang mengajak kepada kebaikan… (QS. Ali Imran: 104) agar mereka memperoleh kemenangan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Mereka yang diperlukan itu adalah seorang Nukhbawi (kader) yang siap turun ke gelanggang perjuangan, wa a’iddu…!!!

*********************************************
(Ust. Nursobah, S.Kom, M.Kom dalam the Samarinda City edisi 6)

0 komentar:

Posting Komentar